Rapat Koordinasi Dekranasda Se-NTT
- Detail
- Diterbitkan pada 17 Mei 2014
Untuk meningkatkan pelaksanaan pengembangan usaha kerajinan di Provinsi NTT, Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Deskranasda) NTT menggelar rapat koordinasi dengan pengurus Deskranasda Provinsi dan kabupaten/kota. Rapat tersebut dihadiri Ketua Harian Dekranas Pusat, Drg. Oktiniwati Ulfadariyah Hatta Rajasa.
Pada kesempatan itu, Oktiniwati menegaskan perlunya kerja sama dan koordinasi yang baik dan berkelanjutan antara pengurus Deskranasda provinsi dengan kabupaten/kota. "Diperlukan adanya pandangan tentang pentingnya koordinasi di bidang kelembagaan Dekranas, Dekranasda provinsi maupun Dekranasda kabupaten/kota," harapnya saat rapat koordinasi di Rumah Kerajinan Rakyat NTT, Jumat (9/5) itu.
Selain itu, dirinya menjelaskan peran Deskranas dan Deskranasda adalah mensinkronisasi dan mensinergikan program dan kegiatan dalam pembinaan pengrajin. "Bagaimana meningkatkan daya saing unggulan pengrajin daerah, baik dari sisi desain, inovasi, teknologi, diversifikasi produk dan kualitas produk,"katanya. Selain itu, mengupayakan agar pengrajin bisa mengakses informasi teknologi melalui pelatihan, akses pemasaran promosi dan pameran. Juga menciptakan iklim usaha kerajinan yang kondusif. "Hal ini agar pengrajin semakin kreatif dan meningkatkan kualitas produk kerajinannya. Juga mengupayakan kemudahan akses informasi bagi pengrajin dan Dekranasda. Baik itu, informasi pasar, teknologi, pendidikan dan pelatihan, ketrampilan dan manajemen usaha, fasilitas perdagangan dan permodalan," kata istri Menko Perekonomian Hatta Rajasah itu. Peran Dekranasda lainnya adalah menata langkah bersama menghadapi pasar bebas ASEAN 2015 dan mengidentifikasi masalah dan usulan pemecahannya bagi pengrajin dan peningkatan kualitas produk kerajinan.
Hal tersebut, jelas Oktiniwati, perlu dilaksanakan mengingat masalah-masalah kelembagaan maupun pengembangan usaha seperti akses modal, teknologi, akses pemasaran, promosi, pameran dan mendapatkan hak patent, merk dan lain lainnya.
Namun, dirinya berharap, keberhasilan bisa dicapai apabila ada komunikasi, sinergi program dan dukungan dari berbagai pihak dalam menghantarkan produk-produk lokal berbasis budaya menuju pasar global.
Pada kesempatan itu, beberapa Ketua Dekranasda turut mengurai kesulitan dan kemajuan yang mereka dicapai. Misalnya Ketua Deskranasda Alor, Ibu Djobo mengungkapkan di Kabupaten Alor terdapat kelompok pengrajin yang tersebar di 75 desa sehingga yang menjadi kendalanya adalah ketersediaan benang. Meski demikian, ia berharap ke depan Deskranasda kabupaten dan provinsi bisa berkoordinasi dengan Deskranas untuk membagun toko benang di daerah.
Selain itu, untuk meningkatkan promosi usaha kerajinan dirinya akan mempromosikan di ajang 'Expo Alor-8' pada Agustus mendatang. "Karena di Expo Alor kami mengundang para tourist manca negara ke Alor," ungkapnya.
Ketua Deskranasda Rote pada kesempatan itu menyampaikan keberhasilan yang telah diraih dalam pengembagan usaha kerajinan tenun, khsusnya di Ndao. "Karena koordinasi kami dengan pemerintah dan Dinas Pertanian, maka sudah ada embung. Embung tersebut untuk penampungan air guna membudidayakan tanaman pewarna benang yang akan dijadikan tenun," bebernya.
Ketua Dekranasda NTT, Ny. Lusia Adinda Lebu Raya juga mengungkapkan pentingnya koordinasi dan kerja dalam pengembagan usaha kerajinan. Menurutnya, persoalan mendasar belum berkembangnya usaha ini karena faktor kebudayaan dan adat serta kesadaran masyarakat yang belum menjadikan kerajinan khususnya kerajinan tenun sebagai usaha utama. "Selain itu persoalan modal dan pemasaran juga masih menjadi momok bagi pengrajin tenun," bebernya.
Menurutnya, kerjasama dengan koperasi dan lembaga-lembaga keuangan dan pemerintah sangat di perlukan sehingga bisa meutupi masalah yang di hadapi pengrajin. Terkait dengan, nilai jual tenunan, menurut istri orang nomor satu NTT itu, harga jual harus bisa disesuaikan dengan pasar.
Gallery Foto Rapat Koordinasi Dekranasda se-NTT 2014
